SISTEM
PENUNJANG KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI
MENGGUNAKAN METODE AHP
MENGGUNAKAN METODE AHP
(STUDI KASUS: SMK NEGERI RAJAPOLAH)
Oleh :
Kelompok 2
1. Yaya Muhidin 3213089
1. Yaya Muhidin 3213089
2.
Wawan Iswandi 3213041
3. Pipih Nurpianti 3213047
4. Siti Muthoharoh 3213087
3. Pipih Nurpianti 3213047
4. Siti Muthoharoh 3213087
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK)
BANDUNG
Sistem Penunjang
Keputusan Seleksi Siswa Berprestasi
Menggunakan Metode AHP
(Studi Kasus: SMK Negeri Rajapolah)
Program Studi Sistem Informasi, STMIK
Bandung
Jalan Cikutra No. 113 Bandung
www.stmik-bandung.ac.id
Abstract
Decision Support System (DSS) for
selection of student achievement
using the AHP method is based on
data available at
the Academic Student
in SMK Negeri Rajapolah. Analytic Methods Hierarchy
Process (AHP) is a method
where pairing some
criteria from alternative decision
making. Student achievement
settlement process selection
using AHP method starts
with the process
of determining the
priority order of
criteria for student achievement, determine
the weight of
each candidate Student
Achievement, create a
matrix with the contents
of the order
of priority criteria
and the weights
were then calculated
by the method of
AHP. The final
result of the
global priority student
achievement is used
as a tool selection decision SMK
Negeri Rajapolah Student achievement in. The criteria used were the criteria
laid out in the manual
selection of Student
Achievement,including by the Grade
Point Average (GPA),
Scientific paper, Extra
Curricular, and Personality. While the
alternative use of the data
sample. Applications can
calculate the ratio
of the alternative,
may determine the priority of alternatives and can
determine global priorities that could help the management in decision-making
student achievement election.
Keywords :
analytic hierarchy process,
alternative, AHP, criteria,
decision support system, global priority, student
achievement,.
1. PENDAHULUAN
Dalam dunia
pendidikan salah satu cara untuk membuktikan bahwa siapa yang dapat menjadi Siswa
terbaik yaitu dengan mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan mereka melalui
predikat Siswa. Siswa berprestasi harus memenuhi beberapa kriteria baik secara
akademis maupun non akademis. Adapun kriteria akademis yang di maksud secara
umum meliputi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) untuk Siswa. Kriteria non
akademis Siswa meliputi prestasi yang diraih oleh Siswa tersebut, keaktifan
dalam organisasi atau kegiatan ekstrakurikuler, kemampuan berkomunikasi yang
baik. Selain kedua faktor diatas ada satu kriteria lagi yang menjadi tolak ukur
dalam memberikan keputusan bagi penulis untuk menentukan siapa yang layak
menjadi siswa berprestasi yaitu pengetahuan umum mereka. Untuk mendukung
penyeleksian tersebut, maka dibutuhkan sistem penunjang keputusan untuk
menentukan keputusan yang diambil. Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah
bagian dari Sistem Informasi berbasis komputer, termasuk sistem berbasis
pengetahuan (manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam suatu organisasi atau sebuah perusahaan. Konsep sistem
pendukung keputusan diperkenalkan pertama kali oleh Michael S. Scoott Morton
pada tahun 1970-an dengan istilah Management Decision System (Sprague,1982).
SPK
dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari
mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, dan menentukan pendekatan
yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi
pemilihan alternatif. Sistem pendukung keputusan ini membantu melakukan
penilaian setiap Siswa, melakukan perubahan kriteria, dan perubahan nilai
bobot. Hal ini berguna untuk memudahkan pengambilan keputusan yang terkait
dengan masalah seleksi Siswa berprestasi, sehingga akan di dapatkan siapa Siswa
yang paling layak diberi penghargaan karena prestasinya.
Banyak
metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan. Salah satu
metode tersebut yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). Konsep metode AHP adalah merubah nilai-nilai
kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil
bisa lebih obyektif. Pada saat ini metode AHP juga telah digunakan oleh
beberapa peneliti, misalkan untuk ”Pemilihan Karyawan Berprestasi” (Armadiyah
Amborowati, 2006) atau ”Pengembangan Produktivitas Hotel” (Yulia, Dkk, 2006).
Hasil penelitian ini dapat mempermudah unsur pimpinan SMK Negeri Rajapolah dalam menentukan siapa yang menjadi Siswa
berprestasi di SMK Negeri Rajapolah. Walaupun demikian, hasil penelitian ini
bukan satu-satunya alat yang digunakan untuk pengambilan keputusan, dikarenakan
adanya hal-hal yang masih bersifat subyektif. Dan hal ini merupakan hal yang
wajar.
2.
DASAR TEORI
Sistem Penunjang Keputusan
(SPK) adalah bagian
dari sistem informasi berbasis komputer
termasuk sistem berbasis
pengetahuan untuk mendukung pengambilan keputusan
dalam suatu organisasi
atau perusahaan. SPK
juga dapat merupakan sistem
komputer yang mengolah
data menjadi informasi
untuk mengambil keputusan dari
masalah semi-terstruktur yang
spesifik. SPK dapat menjadi
alat bantu bagi
para pengambil keputusan
untuk memperluas kapabilitas mereka, namun
tidak untuk menggantikan
penilaian mereka. SPK
ditujukan untuk keputusan-keputusan yang
memerlukan penilaian atau
pada keputusan-keputusan yang
sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma.
Menurut Herbert A. Simon proses
pengambilan keputusan mempunyai 3
tahap yaitu:
1.
Pemahaman
Menyelidiki lingkungan kondisi-kondisi yang
memerlukan keputusan data
mentah yang diperoleh,
diolah dan diperiksa
untuk dijadikan petunjuk
yang dapat menentukan masalahnya.
2.
Perancangan
Menemukan, mengembangkan, dan
menganalisa arah tindakan
yang mungkin dapat dipergunakan.
Hal ini mengandung
proses-proses untuk memahami masalah, untuk
menghasilkan cara pemecahan,
dan untuk menguji
apakah cara pemecahan tersebut
dapat dilaksanakan.
3.
Pemilihan
Memilih arah tindakan
tertentu dari semua
arah tindakan yang
ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.
Prinsip kerja AHP
adalah penyederhanaan suatu
persoalan kompleks yang tidak
terstruktur dan dinamik
menjadi bagian-bagiannya, serta
menata dalam hierarki. Kemudian
tingkat kepentingan setiap
variable diberi nilai
numeric secara subjektif
tentang arti penting
variabel tersebut secara
relative dibandingkan dengan variabel yang
lain. Dari berbagai
pertimbangan tersebut kemudian
dilakukan sintesa untuk menetapkan
variabel yang memiliki
prioritas tinggi dan
berperan untuk mempengaruhi hasil pada system tersebut.
Pada Gambar 1, secara grafis persoalan keputusan AHP dapat
dikonstruksikan
sebagai diagram bertingkat,
yang dimulai dengan
goal/sasaran. Lalu kriteria
level pertama, subkriteria dan
akhirnya alternatif. AHP
memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai
bobot relative dari
suatu kriteria majemuk
(atau alternatif majemuk terhadap
suatu kriteria) secara
intuitif, yaitu melakukan
perbandingan berpasangan (pairwise comparisions). Dr.
Thomas L. Saaty,
pembuat AHP, kemudian menentukan
cara yang konsisten
untuk mengubah perbandingan berpasangan menjadi
suatu himpunan bilangan
yang mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan
alternatif.
AHP memiliki banyak
keunggulan dalam menjelaskan
proses pengambilan keputusan,
karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak
yang terlibat dalam
pengambilan keputusan. Selain
itu AHP juga menguji
konsistensi penilaian, bila
terjadi penyimpangan yang
terlalu jauh dari nilai
konsistensi sempurna, maka
hal ini menunjukkan
bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hierarki harus
distruktur ulang.
Adapun langkah-langkah metode AHP adalah :
1.
Menentukan jenis-jenis
kriteria yang akan
menjadi persyaratan calon siswa yang mengikuti seleksi.
2.
Menyusun kriteria-kriteria
tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.
3.
Menjumlah matriks kolom.
4.
Menghitung nilai
elemen kolom kriteria
dengan rumus masing-masing elemen kolom dibagi dengan
jumlah matriks kolom.
5.
Menghitung nilai
prioritas kriteria dengan
rumus menjumlah matriks
baris hasil langkah ke 4 dan hasilnya 5 dibagi dengan jumlah kriteria.
6.
Menentukan alternatif-alternatif
yang akan menjadi pilihan.
7.
Menyusun alternatif-alternatif yang
telah ditentukan dalam
bentuk matriks berpasangan untuk
masing-masing kriteria. Sehingga
akan ada sebanyak
n buah matriks berpasangan antar alternatif.
8.
Masing-masing matriks
berpasangan antar alternatif
sebanyak n buah
matriks, masing-masing matriksnya dijumlah per kolomnya.
9.
Menghitung nilai
prioritas alternatif masing-masing
matriks berpasangan antar
alternatif dengan rumus seperti langkah 4 dan langkah 5.
10.
Menyusun matriks
baris antara alternatif
versus kriteria yang
isinya hasil perhitungan proses
langkah 7, langkah 8 dan langkah 9.
11.
Hasil akhirnya
berupa prioritas global
sebagai nilai yang
digunakan oleh pengambil
keputusan berdasarkan skor yang tertinggi.
Dalam penilaian
kriteria dan alternatif
menurut Saaty (1983),
untuk berbagai persoalan, skala
1 sampai 9
adalah skala terbaik
dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan
definisi pendapat kualitatif
dari skala perbandingan
Saaty dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.1
Nilai Definisi Pendapat Kualitatif dari Skala Perbandingan Saaty (1983)
NILAI
|
KETERANGAN
|
1
3
5
7
9
2.4.6.8
|
Kriteria/Alternatif A sama penting
dengan Kriteria/Alternatif B
A sedikit lebih penting dari B
A jelas lebih penting dari B
A sangat jelas lebih penting dari
B
A mutlak lebih penting dari B
Apabila
ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
|
Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai
perbandingan B dengan A.
3. PEMBAHASAN
3.1. Perumusan Masalah
Proses
penentuan prioritas menggunakan metode AHP dimulai dari proses perumusan
masalah yaitu proses untuk menentukan kriteria dan alternatif dari
penyeleksian. Dalam kasus penyeleksian siswa berprestasi kali ini kriterianya
ada empat yaitu Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), Karya Tulis Ilmiah, aktif
dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan mempunyai kepribadian yang baik. Sedangkan
untuk alternatifnya panitia seleksi siswa berprestasi memilih beberapa calon
yang berpotensi untuk mengikuti seleksi selanjutnya. Hierarki seperti
ditunjukkan Gambar 2.
Gambar 1.
Struktur Hirarki Seleksi Siswa Berprestasi menggunakan
Metode AHP
Pada gambar
1 menunjukkan hierarki
seleksi siswa berprestasi
yang berisi
alternatif-alternatif yang akan
dibandingkan satu sama
lain dengan kriterianya. Sebagai
contoh nilai IPK
dari Calon 1
akan dibandingkan dengan
nilai IPK Calon 2,
Calon 3, Calon
4, dan Calon
lainnya. Begitu seterusnya
untuk kriteria-kriteria lain. Proses pembandingan nilai tersebut adalah
proses pembobotan alternatif untuk mendapatkan prioritas atau rangking dari
setiap alternatifnya.
Dari keempat
calon siswa berprestasi
tersebut perlu ditentukan
tingkat kepentingannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti :
a.
Menentukan bobot secara sembarang
b.
Membuat skala interval untuk menentukan ranking setiap
Kriteria
c.
Menggunakan
prinsip kerja AHP,
yaitu perbandingan berpasangan
(pairwise comparisions),
tingkat kepentingan (importance) suatu
kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas.
3.2. Pembobotan Alternatif
Perhitungan
pembobotan alternatif dilakukan dengan cara menyusun matriks berpasangan untuk
alternatif-alternatif bagi setiap kriteria.
1.
Contoh Pembobotan alternatif
untuk kriteria pertama (IPK)
Masukkan data nama-nama calon siswa yang
direkomendasikan dalam bentuk matriks berpasangan, sebagai contoh penulis
memasukkan empat alternatif dalam perhitungan bobot alternatif ini. Untuk
mengisi data kolom ketiga baris ketiga yaitu perbandingan antara Calon 2 dan
Calon 1. Calon 2 dan Calon 1 mempunyai nilai IPK dengan grade yang hampir sama,
tetapi sedikit lebih unggul Calon 2 daripada Calon 1. Maka, perbandingan Calon
2 dengan Calon 1 adalah 1/3. 1 (satu) adalah nilai perbandingan Calon 2 dan
Calon 1, sedangkan 3 (tiga) adalah nilai perbandingan Calon 1 dengan Calon 2.
Berikut hasil perbandingan berpasangan kasus di atas:
Tabel 2.
Perbandingan Berpasangan Pembobotan Alternatif untuk Kriteria IPK
IPK
|
CALON 1
|
CALON 2
|
CALON 3
|
CALON 4
|
Calon 1
|
1/1 = 1,00
|
2/1 = 2,00
|
¼ = 0,25
|
2/1 = 2,00
|
Calon 2
|
½ = 0,50
|
1/1 = 1,00
|
1/3 = 0,33
|
4/1 = 4,00
|
Calon 3
|
4/1 = 4,00
|
3/1 = 3,00
|
1/1 = 1,00
|
2/1 = 2,00
|
Calon 4
|
½ = 0,50
|
¼ = 0,25
|
½ = 0,50
|
1/1 = 1,00
|
Jumlah
|
6,000
|
6,250
|
2,083
|
8,000
|
Setelah menentukan
nilai/bobot perbandingan berpasangan,
maka masing-masing sel
di atas dibagi
dengan jumlah kolom
masing-masing, contoh untuk mengisi
kolom pertama (Calon
1 - Calon
1) yaitu bobot
Calon 1= 1,000
jumlah Calon 1 = 6,000 sehingga diperoleh hasil untuk kolom pertama
(Calon 1 – Calon 1) = 1/6 =
0,1667 seperti yang
ada di tabel
3 (gunakan cara
yang sama untuk
mengisi kolom yang lain). Sehingga diperoleh hasil seperti yang ada di
tabel 3.
Tabel 3.
Hasil Perbandingan Berpasangan Pembobotan Alternatif untuk Kriteria IPK.
IPK
|
CALON 1
|
CALON 2
|
CALON 3
|
CALON 4
|
Jumlah
|
Calon 1
|
0,1667
|
0,3200
|
0,1200
|
0,2500
|
0,8567
|
Calon 2
|
0,0833
|
0,1600
|
0,1599
|
0,5000
|
0,9032
|
Calon 3
|
0,6667
|
0,4800
|
0,4801
|
0,2500
|
1,8768
|
Calon 4
|
0,0833
|
0,0400
|
0,2400
|
0,1250
|
0,4833
|
Setelah
diketahui hasil jumlah tiap baris, maka hitung nilai prioritas alternatif untuk
kriteria IPK dengan rumus jumlah baris dibagi dengan banyaknya alternatif
(dalam penelitian ini ada 4 alternatif), sebagai contoh untuk mengisi kolom
pertama (prioritas kriteria Calon 1) yaitu Jumlah baris Calon 1 = 0,8567 banyak
kriteria = 4 sehingga diperoleh hasil untuk kolom pertama (Prioritas kriteria
Calon 1) = 0,8567/4 = 0,2141 seperti yang ada di tabel 3. (gunakan cara yang sama
untuk mengisi kolom yang lain). Sehingga diperoleh hasil seperti yang ada di
tabel 4.
Tabel 4.
Hasil Prioritas Kriteria Siswa Berprestasi Berdasarkan IPK.
IPK
|
PRIORITAS KRITERIA
|
RANKING
|
Calon 1
|
0,2141
|
III
|
Calon 2
|
0,2258
|
II
|
Calon 3
|
0,4692
|
I
|
Calon 4
|
0,1208
|
IV
|
3.3. Pembobotan alternatif untuk kriteria berikutnya.
Contoh pembobotan untuk kriteria berikutnya seeperti
karya tulis, kegiatan ekskul dan penilaian kepribadian dapat dilakukan seperti
cara di bagian 3, sub 1 diatas. Hasil perhitungan akhir diperoleh seperti tabel
5.
Tabel 5. Hasil Prioritas Kriteria Siswa Berprestasi
Berdasarkan Karya Tulis Ilmiah
KARYA TULIS
|
PRIORITAS KRITERIA
|
RANKING
|
Calon 1
|
0,3569
|
III
|
Calon 2
|
0,3852
|
II
|
Calon 3
|
0,4836
|
I
|
Calon 4
|
0,2344
|
IV
|
Dari hasil pembobotan alternatif tiap kriteria di atas, maka dapat dibuat sebuah tabel prioritas global yang memuat semua data prioritas alternatif berdasarkan kriterianya masing-masing seperti table 6.
Tabel
6. Data Prioritas Global Siswa
Berprestasi
GLOBAL
|
IPK
|
KARYA TULIS
|
EKSKUL
|
KEPRIBADIAN
|
TOTAL
|
Calon 1
|
0,2141
|
0,1098
|
0,1065
|
0,4644
|
0,8948
|
Calon 2
|
0,2258
|
0,2724
|
0,2175
|
0,3007
|
1,0164
|
Calon 3
|
0,4692
|
0,5512
|
0,0738
|
0,1781
|
1,2723
|
Calon 4
|
0,1208
|
0,6666
|
0,6022
|
0,0569
|
1,4465
|
Setelah diketahui
hasil jumlah tiap baris, maka
hitung nilai prioritas
global dengan rumus jumlah
baris dibagi dengan
banyaknya alternatif (dalam
penelitian ini ada 4 alternatif), sehingga diperoleh hasil seperti yang
ada di tabel 7.
Tabel 7.
Tabel Hasil Prioritas Global Siswa Berprestasi
GLOBAL
|
PRIORITAS GLOBAL
|
RANKING
|
Calon 1
|
0,3569
|
III
|
Calon 2
|
0,3852
|
II
|
Calon 3
|
0,4836
|
I
|
Calon 4
|
0,2344
|
IV
|
Dari hasil
perhitungan prioritas global
di atas, dihasilkan
rangking atau peringkat dari
keempat calon siswa berprestasi yaitu
Calon 3 menempati urutan pertama
dengan nilai prioritas
0,4836 , kemudian
Calon 2 urutan
kedua dengan nilai prioritas 0,3852 , urutan ketiga Calon 1 dengan nilai
prioritas 0,3569 , dan yang terakhir Calon 4 dengan nilai prioritas 0,2344.
4.
IMPLEMENTASI
4.1. Implementasi Perangkat Lunak
a. Form Menu Siswa Berprestasi
Gambar 2 merupakan form menu utama
sistem. Pada menu bar terdiri dari menu input data yang berisi form input data
kriteria dan input data alternatif. Menu kedua adalah menu pembobotan
alternatif. Menu ketiga adalah menu lihat data. Menu lihat meliputi lihat data
kriteria, lihat data alternatif, lihat data prioritas alternatif dan lihat data
prioritas global. Menu keempat adalah menu laporan.
b.
Form Input Data Alternatif (Siswa Berprestasi)
Form ini merupakan form input data
alternatif siswa berprestasi. Data yang diinputkan meliputi data diri siswa
seperti NIS, Nama, Program Studi, Semester dari siswa tersebut. Selain itu ada
juga penginputan data prestasi dan data penilaian untuk mendukung proses seleksi
Siswa Berprestasi.
c.
Form Pembobotan Alternatif (Siswa berprestasi)
Form
ini untuk proses pembobotan menggunakan metode AHP. Form pada
gambar 4 terdiri
dari beberapa inputan
seperti kriteria, alternatif dan bobot. Form berisi pemiilihan
kriteria yang akan diuji, dan pilihan
empat calon siswa Berprestasi yang akan diseleksi
dan dibandingkan menggunakan perbandingan
berpasangan.
d.
Form Hasil Pembobotan Alternatif
Form ini
merupakan form hasil pembobotan alternatif Siswa berprestasi merupakan form
untuk menampilkan data hasil proses pembobotan menggunakan metode AHP.
Gambar 5.
Form Hasil Pembobotan Alternatif
Jika jumlah
proses pembobotan sudah memenuhi syarat yaitu jumlah record sama dengan jumlah
kriteria, maka tombol prioritas global akan aktif. User dapat menghitung nilai
dari prioritas global dan masuk ke form prioritas global.
e. Form Perhitungan Prioritas Global
Gambar 6
merupakan form perhitungan prioritas global. Form ini merupakan form untuk
menentukan nilai dari prioritas global dengan menggunakan metode AHP. Terdiri
dari dua grid data, yang pertama merupakan grid data hasil pembobotan
alternatif. Sedangkan grade yang kedua merupakan grid data prioritas global.
Gambar 6.
Form Perhitungan Prioritas Global
f. Cetak Data Prioritas Global
Gambar 7.
Cetak Data Prioritas Global
Gambar 7
merupakan hasil pencetakan data prioritas global Siswa berprestasi menggunakan
data report, yang menampilkan data prioritas global Siswa berprestasi yang
sudah diinputkan ke dalam sistem penunjang keputusan seleksi siswa berprestasi.
5.
KESIMPULAN
1.
Dalam proses pengambilan keputusan untuk seleksi Siswa
berprestasi melalui 3 tahap yaitu tahap perumusan masalah, tahap pembobotan
alternatif dan tahap penentuan rangking.
2.
Adapun kriteria-kriteria yang diambil dalam aplikasi
ini yaitu sebagai berikut :
a. Indeks
Prestasi Kumulatif / Nilai Rata-rata Raport
b. Karya tulis
ilmiah
c. Kegiatan ekstra-kurikuler
d. Kepribadian
3. Sistem
Penunjang Keputusan yang dibuat dengan menggunakan metode AHP
melakukan perhitungan secara otomatis
ketika user menginputkan nilai dan
bobot, sehingga dapat mengurangi masalah
dalam pengambilan keputusan
dalam penentuan Siswa berprestasi.
4.Hasil
akhir dari aplikasi berupa proses pemilihan yang berupa laporan (view)
yang memuat semua komponen yang berperan
dalam proses pemilihan.
DAFTAR
PUSTAKA
Marimin, 2004. “Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk”
Grafindo.
Moekijat, 1986. “Pengantar Sistem Informasi Manajemen”. Remaja Karya CV Bandung.
Padmowati, Rosa de Lima Endang. 2009. “Pengukuran Index Konsistensi dalam Proses Pengambilan Keputusan Menggunakan Metode AHP.” UPN Yogyakarta.
Pressman, Roger S. Ph.D. 1997. “Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi (Buku Satu).” Penerbit Andi.
Moekijat, 1986. “Pengantar Sistem Informasi Manajemen”. Remaja Karya CV Bandung.
Padmowati, Rosa de Lima Endang. 2009. “Pengukuran Index Konsistensi dalam Proses Pengambilan Keputusan Menggunakan Metode AHP.” UPN Yogyakarta.
Pressman, Roger S. Ph.D. 1997. “Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi (Buku Satu).” Penerbit Andi.
Supriyono,
Dkk, 2007. “Sistem Pemilihan Pejabat Struktural dengan Metode AHP.” Sekolah
Tinggi Teknologi Nuklir BATAN.
Tim Akademik.“Pedoman Akademik STMIK
CIC Cirebon”. STMIK CIC Cirebon.
Turban, E., 1991. “Decission Support System and Expert System, 4th edition,” Prentice Hall, Inc.
Turban, E., 1991. “Decission Support System and Expert System, 4th edition,” Prentice Hall, Inc.
wow.. rajin pa :D sae pisan nu ngora eleh..
BalasHapusPasti atuh neng, kan smabil ngerjakeun tugas, sambil berbagi ke orang lain.
BalasHapus